«

Film: Amorira (1932)

»

Film "Amorira" diberi judul tambahan: "haat en liefde bij de bamboeboschbewoners van Borado-Likowali eiland Flores" (benci dan cinta di hutan bambu Borado-Likowali, Pulau Flores). Boleh disebut film fiksi ini lebih merupakan kisah pengkatolikan penduduk sebuah desa, yang dilakukan oleh seorang pastor misionaris. Meski demikian kisah utama ini baru muncul pada paruh kedua film.

Paruh pertama mengisahkan Keli Kadoe yang dipaksa kawin dengan Waroe Wesa, padahal dia sudah punya kekasih dari lain desa, Diroe Doka. Suatu hari Waroe memergoki Keli sedang bercengkerama dengan kekasihnya. Maka pecahlah pertengkaran yang berujung pada perang antardesa. Waroe terbunuh. Ayahnya, Paroe Meo, menghendaki Keli kawin dengan adik Waroe. Keli menolak. Permusuhan berlanjut. Penguasa wilayah mengirimkan tentara untuk menghentikan permusuhan ini dan menangkap biang keladinya, Diroe dan Paroe.

Mulai cerita baru tentang seorang pastor yang baru datang ke wilayah itu. Ia berusaha memikat penduduk dengan berbuat baik dan sedikit demi sedikit mengajarkan agamanya dan mengajak penduduk desa untuk membangun gereja. Ia juga dilapori oleh Keli, bahwa kekasihnya yang tidak bersalah ditahan di penjara. Pengadilan yang kemudian diadakan menentukan bahwa Paroe bersalah dan dihukum enam bulan.

Lepas dari penjara Paroe tetap menuntut Keli mengawini adik Maroe. Pastor turut campur: perkawinan tidak bisa dipaksakan. Paroe marah. Ia berusaha membunuh pastor. Pertama, membakar rumah pastor, kemudian memarang tubuhnya, hingga pastor terluka dan harus dirawat. Peristiwa ini membuat penduduk memusuhi Paroe, hingga yang terakhir ini minta maaf. Damai terwujud. Pastor melakukan pembaptisan pada sejumlah penduduk.

Film ini juga dipenuhi deskripsi etnografis tentang adat desa Flores berbentuk tarian perang dan kegiatan sehari-hari.

Jenis Film Drama
Tanggal Rilis: 1932
Negara Indonesia
Produksi Soverdi
Durasi 137 menit
Catatan Film "Amorira" diwarnai dengan sistem celup (tinting) dan diputar dengan musik pengiring hasil rekaman etnomusikolog Jaap Kunst dari plat gramofon terpisah. Produksi film ini dimulai pada paruh kedua 1930 dan berlangsung selama 19 bulan. De Indische courant mencatat pemutaran film ini di Katholieke Sociale Bond Surabaya tanggal 11 Agustus 1932. Film ini lulus sensor dengan rekomendasi baik di Belanda pada 24 April 1933. Masa putar film ini sekitar 2 jam dengan panjang film 2443 meter menurut data sensor tahun 1933, bisa diperkirakan bahwa Amorira adalah film dengan kecepatan putar sekitar 16 bingkai per detik (frame per second).

Posters



Keyword: Diroe Doka, Drama, Indonesia, Jacobs, Kadoe Woga, Keli Kadoe, Paroe Meo, Simon Buis Svd, Soverdi, Tjeke Ladja, Waroe Wesa, Simon




Komentar