«

Film: After School Horror (2014)

»

Rino, siswa kelas 3 SMA, menceritakan kisah menakutkan tentang pintu toilet yang lama terkunci di sekolah itu, kepada adik-adik kelasnya yang sedang dalam masa orientasi untuk calon pengurus OSIS.

Cerita rekaan Rino itu ternyata betul: kamar mandi yang digembok tadi ada. Tetapi, kawannya, Andi masih menganggap hantu di kamar mandi ini hanya mitos. Ia membuat tantangan buat calon pengurus OSIS supaya membuka pintu kamar mandi itu. Mereka memasang kamera di sekitar lorong, untuk merekam orang yang ketakutan.

Calon pengurus OSIS diberi tantangan menemukan bendera di tempat-tempat seram di sekolah dan di kamar mandi terkunci. Banyak yang mundur. Sinta terpaksa menjadi orang yang harus melakukan tantangan itu. Kemudian ia dibekali linggis dan sebatang lilin. Vina dan Andi melepas Sinta di ujung lorong. Kemudian Sinta berjalan mundur. Dalam perjalanannya, ia mengalami banyak gangguan yang dibuat oleh Rino. Sinta berhasil membongkar pintu terkunci itu. Hasilnya: semua terkena gangguan.

Keesokan pagi, Pak Norman (35), guru, marah-marah karena pintu kamar mandi dibongkar. Ia menyebut akibatnya fatal jika pintu ini sampai dibuka. Andi tidak menanggapinya secara serius. Sementara itu Sinta berubah. Bukan lagi gadis pemalu, tapi menjadi gadis yang genit.

Pada hari Minggu, mereka berkumpul di rumah Rino untuk melihat hasil rekaman. Tampak ada hantu anak kecil bergelayutan di kaki Andi. Mereka langsung ngebut ke sekolah untuk bertemu Pak Norman. Pak Norman bercerita tentang kisah siswi bernama Asih yang jatuh cinta kepada Pak Norman, yang tidak bisa menerima cinta Asih karena Pak Norman sudah berkeluarga. Asih bunuh diri.

Pak Norman menyebut bahwa kisah ini akan berulang manakala terjadi kisah cinta segitiga yang tragis. Untuk mengembalikan keadaan seperti semula, mereka harus membawa beberapa gembok, papan, dan gerendel. Pak Norman akan melakukan ritual.


Keyword: Baskoro Adi Wuryanto, Chris Laurent, Fiona Fachru Nisa, Glady Zean, Horror, Indah Permatasari, Indonesia, K Chainani, Krisna M Wibowo, Marissa Nasution,



Komentar