«

Film: Perempuan Sasak Terakhir (2012)

»

Film ini terdiri dari tiga kisah. Cerita pertama tentang Ryan alias Sasak Adi (Edwin Sukmono" href="https://layarfilm.com/name/6365/edwin-sukmono">Edwin Sukmono), pemuda asli Sasak yang tinggal bersama pamannya (ibunya meninggal saat melahirkan Ryan) di Jakarta. Ia pulang dan bertemu ayahnya yang belum pernah ia temui. Ryan yang terbiasa modern serta gaul khasnya anak muda Jakarta, kaget akan budaya daerah asal. Ayahnya, Amaq Adi, bertekad membuat Ryan mengenal dan mencintai khazanah leluhurnya.

Kisah kedua tentang Anjani (Aufa Asfarina Febrianggie), wanita Sasak yang patuh dan masih menghormati nilai budayanya. Dua bulan setelah wafatnya sang ibu, Anjani memutuskan kembali ke kampung halamannya. Ia dituntut menjadi perempuan Sasak yang seutuhnya oleh sang ayah.

Dan yang ketiga adalah tentang Wati (Aufa Asfarina Febrianggie), yang tinggal sekampung dengan Anjani, latah mengikuti trend. Ayah dan adiknya tak jauh berbeda. Sang ayah dipenuhi hasrat komersil yang membuatnya membuka rental playstation. Ibunya menjadi TKW di Negeri Jiran, Malaysia.

Wati berkenalan dengan Suhendro. Hendro mampu membuat Wati jatuh cinta. Lelaki yang mengaku sebagai pengusaha sukses di Jakarta ini ingin menikahinya. Sebelum pesta dilakukan, Hendro meminta agar Wati meminjam perhiasan dari kerabat dekatnya, agar Wati terlihat anggun. Pada hari pernikahan Hendro kabur.

Produser I Gede Indra Apriyana
Sutradara Sandi Amaq Rinjani
Penulis Sandi Amaq Rinjani
Pemain Edwin Sukmono" href="https://layarfilm.com/name/6365/edwin-sukmono">Edwin Sukmono, Aufa Asfarina Febrianggie, Azhar Zaini, Fahrudin Ali, Lalu Thamrin, Epoel Sapturi
Jenis Film Drama
Tanggal Rilis: 28 June 2012
Negara Indonesia
Produksi PT Lintas Antariksa, SIF Institut Film
Catatan Film ini ditayangkan secara terbatas di Blitzmegaplex Grand Indonesia (28/6/2012). Kemudian penayangan dilakukan di Lombok dan beberapa komunitas film.

Posters



Keyword: Aufa Asfarina Febrianggie, Azhar Zaini, Drama, Edwin Sukmono, Epoel Sapturi, Fahrudin Ali, I Gede Indra Apriyana, Indonesia, Lalu Thamrin, PT Lintas Antariksa,



Komentar